Monday 3 August 2020

Suka Duka Belajar Online saat Pandemi Corona




Pandemi Corona atau coronavirus disease 2019 (covid 19) memberikan banyak pelajaran berharga dalam setiap sendi kehidupan. Sebagian besar karyawan melaksanakan work from home (WFH) dan para siswa juga “memindahkan’ kegiatan belajar di rumah, secara online. Ini semua sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengurangi dampak penyebaran virus corona. Dan seperti yang telah ditetapkan, kegiatan belajar dari rumah ini pun masih akan berlangsung hingga 29 Mei mendatang.

Pemindahan kegiatan belajar dari sekolah ke rumah ini, sebagai upaya untuk menjaga jarak sosial, Mau tak mau membuat para orang tua mempunyai peran yang baru, yakni sebagai guru dadakan. Itu artinya, para orang tua lah yang menjadi garda terdepan untuk membimbing proses kegiatan belajar hingga pandemi ini berakhir.

Dengan segala keterbatasan yang ada, tidak mengherankan jika para orang tua menemui banyak kendala dalam pelaksanaannya. Tengok saja, hampir sebagian besar laman sosial media mengunggah suka dan duka para orang tua yang menjadi guru dadakan untuk membimbing anak-anaknya belajar di rumahnya masing-masing.

Tidak hanya jeritan hati atau duka yang dirasakan orang tua yang menjadi guru dadakan di rumah, namun tidak sedikit juga yang bersuka hati menjadi guru dadakan membimbing anak-anaknya belajar dari rumah. Nah, mau tahu apa saja suka duka belajar online saat pandemi corona?

Para orang tua memang tidak semuanya memiliki kesiapan untuk menjadi pembimbing belajar online untuk anak-anaknya. Tanggapan positif banyak dikemukakan, mulai dari kedekatan secara psikologis dengan anak lantaran membimbing secara langsung proses belajar online; mengetahui perkembangan akademis anak dan menumbuhkan kebersamaan serta membangun komunikasi yang baik dalam lingkungan rumah.

Bagi orang tua yang biasanya menganggarkan katering untuk bekal sekolah anak, saat ini bisa menghemat anggaran untuk dialokasikan kepada kebutuhan lainnya.
Meski begitu, tidak sedikit juga yang mengalami beberapa kendala sepanjang menjadi pembimbing dalam pelaksanaan belajar online di rumah, mulai dari kendala eksternal maupun internal.

Kendala eksternal lebih banyak didominasi oleh jaringan internet yang tidak mendukung ataupun kondisinya yang lemot. Bahkan di beberapa daerah banyak yang belum memiliki alat pendukungnya, seperti gadget, sehingga terpaksa mengandalkan warung internet untuk melaksanakan belajar secara online. Nah, tidak sedikit pula yang kemudian berakhir dengan bermain game online.

Kendala internal juga tak kalah banyak, mulai dari para orang tua yang mengaku kesulitan karena tidak memiliki penguasaan materi-materi pelajaran sekolah hingga anak yang kurang disiplin, karena mereka menganggap di rumah berarti libur.

Selain itu, perubahan suasana hati (moody) anak dalam belajar online juga menjadi hal penting lainnya yang perlu dijaga. Lantaran, tugas sekolah yang terlalu banyak sehingga menimbulkan rasa bosan anak. Sedangkan, belajar dengan metode ini membutuhkan daya tangkap yang cepat.

Disamping itu, dari sisi tenaga pendidik misalnya, dengan memberikan materi belajar online dianggap lebih sulit daripada tatap muka di kelas. Guru merasa kesulitan mengajak para siswanya untuk aktif, komunikatif bahkan di ruang diskusi yang sengaja diadakan.

Nah, bagaimana dengan kalian? Enak mana, belajar di sekolah atau belajar di rumah secara online?